PENGERTIAN ETIKA
Ilmu yang
membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami
oleh pikiran manusia
TUJUAN
MEMPELAJARI ETIKA
Untuk
mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua
manusia dalam ruang dan waktu tertentu
PENGERTIAN BAIK
Sesuatu hal
dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang,
atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif)
PENGERTIAN BURUK
Segala yang
tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma‐norma masyarakat yang berlaku
CARA PENILAIAN
BAIK DAN BURUK
Menurut Ajaran
Agama, Adat Kebiasaan, Kebahagiaan, Bisikan Hati (Intuisi), Evolusi,
Utilitarisme, Paham Eudaemonisme, Aliran Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran
Naturalisme, Aliran Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme,
Aliran Marxisme, Aliran Komunisme
Kriteria
perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai
aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini. Khusus
penilaian perbuatan baik dan buruk menurut agama, adat kebiasaan, dan
kebudayaan tidak akan dibahas disini.
Faham
Kebahagiaan (Hedonisme)
“Tingkah laku
atau perbuatan yang melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan/kelezatan”. Ada tiga
sudut pandang dari faham ini yaitu (1) hedonisme individualistik/egostik hedonism
yang menilai bahwa jika suatu keputusan baik bagi pribadinya maka disebut baik,
sedangkan jika keputusan tersebut tidak baik maka itulah yang buruk; (2)
hedonisme rasional/rationalistic hedonism yang berpendapat bahwa kebahagian
atau kelezatan individu itu haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat; dan
(3) universalistic hedonism yang menyatakan bahwa yang menjadi tolok ukur
apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah mengacu kepada akibat
perbuatan itu melahirkan kesenangan atau kebahagiaan kepada seluruh makhluk.
Bisikan Hati
(Intuisi)
Bisikan hati
adalah “kekuatan batin yang dapat mengidentifikasi apakah sesuatu perbuatan itu
baik atau buruk tanpa terlebih dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan
itu”. Faham ini merupakan bantahan terhadap faham hedonisme. Tujuan utama dari
aliran ini adalah
keutamaan,
keunggulan, keistimewaan yang dapat juga diartikan sebagai “kebaikan budi
pekerti”
Evolusi
Paham ini
berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu (secara berangsur‐angsur) mengalami perubahan yaitu
berkembang menuju kearah kesempurnaan.
Dengan
mengadopsi teori Darwin (ingat konsep selection of nature, struggle for life,
dan survival for the fittest) Alexander mengungkapkan bahwa nilai moral harus
selalu berkompetisi dengan nilai yang lainnya, bahkan dengan segala yang ada di
alam ini, dan nilai moral yang bertahanlah (tetap) yang dikatakan dengan baik,
dan nilai‐nilai yang tidak
bertahan (kalah dengan perjuangan antar nilai) dipandang sebagai buruk.
Paham
Eudaemonisme
Prinsip pokok
faham ini adalah kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain.
Menurut Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal yaitu (1) kesehatan,
kebebasan, kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan, (2) kemauan, (3) perbuatan
baik, dan (4) pengetahuan batiniah.
Aliran
Pragmatisme
Aliran ini
menititkberatkan pada hal‐hal yang berguna
dari diri sendiri baik yang bersifat moral maupun material. Yang menjadi titik
beratnya adalah pengalaman, oleh karena itu
penganut faham
ini tidak mengenal istilah kebenaran sebab kebenaran bersifat abstrak dan tidak
akan diperoleh dalam dunia empiris.
Aliran
Naturalisme
Yang menjadi
ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila
alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk.
Jean Jack Rousseau mengemukakan bahwa kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan
adalah menjadi perusak alam semesta.
Aliran Vitalisme
Aliran ini
merupakan bantahan terhadap aliran naturalisme sebab menurut faham vitalisme
yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi “vitae” atau hidup
(yang sangat diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok
yaitu (1) vitalisme pessimistis (negative vitalistis) dan (2) vitalisme
optimistis. Kelompok pertama terkenal dengan ungkapan “homo homini lupus”
artinya “manusia adalah serigala bagi manusia yang lain”. Sedangkan menurut aliran
kedua “perang adalah halal”, sebab orang yang berperang itulah (yang menang)
yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme adalah F.
Niettsche yang
banyak memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
Aliran
Gessingnungsethik
Diprakarsai oleh
Albert Schweitzer, seorang ahli Teolog, Musik, Medik, Filsuf, dan Etika. Yang
terpenting menurut aliran ini adalah “penghormatan akan kehidupan”, yaitu sedapat
mungkin setiap makhluk harus saling menolong dan berlaku baik. Ukuran
kebaikannya adalah “pemelihataan akan kehidupan”, dan yang buruk adalah setiap
usaha yang berakibat kebinasaan dan menghalangi‐halangi
hidup.
Aliran Idealisme
Sangat
mementingkan eksistensi akal pikiran manusia sebab pikiran manusialah yang
menjadi sumber ide. Ungkapan terkenal dari aliran ini adalah “segala yang ada
hanyalah yang
tiada” sebab
yang ada itu hanyalah gambaran/perwujudan dari alam pikiran (bersifat tiruan).
Sebaik apapun tiruan tidak akan seindah aslinya (yaitu ide). Jadi yang baik itu
hanya apa
yang ada di
dalam ide itu sendiri.
Aliran
Eksistensialisme
Etika
Eksistensialisme berpandangan bahwa eksistensi di atas dunia selalu terkait
pada keputusan‐keputusan
individu, Artinya, andaikan individu tidak mengambil suatu keputusan
maka pastilah
tidak ada yang terjadi. Individu sangat menentukan terhadao sesuatu yang baik,
terutama sekali bagi kepentingan dirinya. Ungkapan dari aliran ini adalah “Truth
is subjectivity” atau kebenaran terletak pada pribadinya maka disebutlah baik,
dan sebaliknya apabila keputusan itu tidak baik bagi pribadinya maka itulah
yang buruk.
Aliran Marxisme
Berdasarkan “Dialectical
Materialsme” yaitu segala sesuatu yang ada dikuasai oleh keadaan material dan
keadaan material pun juga harus mengikuti jalan dialektikal itu. Aliran ini
memegang motto “segala sesuatu jalan dapatlah dibenarkan asalkan saja jalan
dapat ditempuh untuk mencapai sesuatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik
asalkan dapat menyampaikan/menghantar kepada tujuan
PENGERTIAN
PROFESI
Belum ada kata
sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas
yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan
bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat
komersial”. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu
kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
PROFESIONALISME
Biasanya dipahami
sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik.
Ciri‐ciri
profesionalisme:
1.
Punya
ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang tadi.
2.
Punya
ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka
di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan.
3.
Punya
sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4.
Punya
sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
CIRI KHAS
PROFESI
Menurut Artikel
dalam International Encyclopedia of education, ada 10 ciri khas suatu profesi,
yaitu:
1.
Suatu
bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang
dan diperluas
2.
Suatu
teknik intelektual
3.
Penerapan
praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis
4.
Suatu
periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi
5.
Beberapa
standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan
6.
Kemampuan
untuk kepemimpinan pada profesi sendiri
7.
Asosiasi
dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas komunikasi
yang tinggi antar anggotanya
8.
Pengakuan
sebagai profesi
9.
Perhatian
yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari pekerjaan
profesi
10.
Hubungan
yang erat dengan profesi lain
TUJUAN KODE
ETIKA PROFESI
Prinsip‐prinsip umum yang dirumuskan
dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan
adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan
dalam suatu negar tidak sama.
Adapun yang
menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code
of conduct) profesi adalah:
1.
Standar‐standar etika menjelaskan dan
menetapkan tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada
umumnya
2.
Standar‐standar etika membantu tenaga
ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema‐dilema etika
dalam pekerjaan
3.
Standar‐standar etika membiarkan profesi
menjaga reputasi atau nama dan fungsi‐fungsi
profesi dalam masyarakat melawan kelakuan‐kelakuan
yang jahat dari anggota‐anggota tertentu
4.
Standar‐standar etika mencerminkan /
membayangkan pengharapan moral‐moral dari
komunitas, dengan demikian standar‐standar
etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode
etik) profesi dalam pelayanannya
5.
Standar‐standar etika merupakan dasar
untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi
6.
Perlu
diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang‐undang). Seorang ahli profesi
yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk
organisasi profesinya
s sumber :
mkusuma.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../W01-Pengertian+Etika.pdf