Pada
abad 21, yakni abad tim kerja dan membangun kerja tim dalam bingkai
globalisasi dengan kebutuhan dan persaingan yang semakin kompleks dan
cenderung menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Maka untuk dapat bertahan pada era globalisasi
tersebut kita harus memiliki kekuatan yang lebih dari saat ini,
dengan besarnya kebutuhan yang semakin meningkat dan ketatnya
persaingan, kita tidak cukup mengandalkan kemampuan diri kita sendiri
yang memiliki keterbatasan ini.
Kekuatan
itu antara lain adalah kerja kolektif dengan orang lain di luar diri
kita dalam menjalankan suatu tugas untuk mendapatkan hasil lebih baik
lagi, kerja sama itu sering di kenal dengan istilah TEAM WORK.
Team
Work berasal dari bahasa asing terdiri dari dua suku kata Team
dan Work.
Tim adalah
sekumpulan orang berakal yang terdiri atas dua, lima, hingga dua
puluh orang dan memenuhi syarat terpenuhinya kesepahaman sehingga
terbentuk sinergi antar berbagai aktifitas yang dilakukan
anggotanya. Work(kerja) adalah
kegiatan yang dijalankan oleh tiap individu yang telah terpenuhinya
syarat kesepahaman di dalam tim itu sendiri.
Dalm
buku ini Tim dikelompokan
menjadi dua, pertama disebut co-acting,
kedua disebutinteracting.
Dalam
tim co-acting,
semua individu anggota tim bertindak secara independent dari yang
lain. Kerja keras kolektif adalah hasil dari kerja keras individu
anggotanya. Contoh dalam dunia olahragaadalah renang, golf, dll.
Adapun
tim yang interacting,
semua anggota tim berperan aktif dalam merealisasikan tujuan-tujuan
bersama yang menjadi focus tim. Contoh dalam dunia olah raga adalah
permainan sepak bola, basket, dll.
Urgensi
Team Work
Tim
adalah media agar setiap individu dapat bekerja secara kolektif
dengan penuh sinergi sebagai satu kesatuan yang senyawa.
Divisi-divisi kecil merupakan pondasi bagi divisi-divisi yang lebih
besar lagi. Divisi-divisi kecil dari sekelompok orang duduk bersama
pada akhirnya membentuk keputusan-keputusan dalam suatu pekerjaan
atau aktivitas yang dilakukan dalam sebuah tim memiliki nilai lebih
karena tersedilanya berbagai jalinan relasli manusia secara langsung
tanpa adanya rintangan-rintangan formal antar individu yang berdampak
positif , yaitu dapat memompa semangat anggota tim untuk bekerja
secara produktif. Tim kerja dapat membantu menyingkirkan
rintangan-rintangan antar divisi , seta dapat mengangkat semangat dan
motivasi para pekerja.
Jika
prinsip-prinsip di atas terpenuhi, persepsi yang ada pada individu
berubah menjadi interaktif, institusional, dan organisasionalbesar
sepanjang zaman yang kita lalui. Disisi lain, tim yang baik merupakan
kunci masa depan, terutama dalam menghadapi persaingan global. Karena
hanya dengan tim yang kokoh dan terprogram rapihlah yang memiliki
peran sentral dalam meningkatkan kualitas. Disamping itu, sebuah tim
dapat menentukan bentuk dan jenis aktivitas atau pekerjaan yang dapat
diterima. Hal tersebut dapat berpengaruh positif pada produktivitas
di dalam team
work.
Hal
yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa tim kerja merupakan sumber
penting bagi peroses pemutakhiran pengetahuan. Karena interaksi yang
tidak dapat dihindari, terciptalah sifat-sifat bersama yang membentuk
kepribadian setiap individu dalam tim. Agar organisasi atau suatu
lembaga dapat membuktikan kemampuan pribadinya dalam pengembangan dan
kreativitas, organisasi tersebut wajib menciptakan suasana kondusif
yang dapat melicinkan jalan untuk maju dengan menciptakan
kesempatan-kesempatan kerja kolektif dam menumbuhkembangkan semangat
tim.
Dengan
demikian, mencapai puncak tertinggi tidak mungkin bisa dicapai hanya
karena kerja keras seseorang saja. Bagai manapun tinggi dan supernya
kemampuan seorang pemimpin, tetap saja ia membutuhkan bantuan dari
yang lainnya agar ia mampu mengerahkan segala potensi yang dimiliki
tim semaksimal mungkin.
Jumlah
Team Work Ideal
Sebagian
pendapat menyatakan bahwa jumlah ideal bagi sebuah tim kerja terdiri
atas tiga hingga sepuluh orang, bergantung pada pembentukan tim dan
fungsi yang dibutuhkan. Karena tim dapat memberikan kontribusi
optimal dan berkesinambungan antara anggota, ekspresi pribadi masih
tetap terbuka bagi setiap anggota tim, dan dapat dengan mudah membagi
tugas tanpa kehilangan visi integrative seputar pekerjaan dan tugas.
Di sisi lain dapat memecahkan berbagi masalah structural internal
tim.
Jika
tujuan dan fungsi sangat sulit dan menuntut kemahiran yang tinggi,
jumlah anggota tim ideal sebaiknya terdiri atas enam hingga dua belas
orang anggota. Agar setiap anggota mendapatkan tugas atau pekerjaan
yang menjadi wewenangnya. Sebaiknya, penujukan dan penugasan untuk
sebagian tugas kepada divisi-divisi kecil yang merupakan penjabaran
dari tim yang besar tadi.
Berdasarkan
kajian di atas, terdapat beberapa masalah mengenai jumlah anggota
tim, diantaranya adalah:
- Semakin besar jumlah anggota tim komunikasi semakin kompleks dan sulit, kondisi seperti ini membuat upaya untuk menyamakan persepsi semakin minim.
- Semakin besar jumlah tim, focus terhadap masalah pribadi dapat mengalahkan keutuhan agenda tim yang telah terprogram.
- Dalam tim yang terlalu kecil, gap akan muncul dan diskusi akan melebar dari focus utama yang dibahas dalam forum.
- Dalam jumlah tim yang seimbang, terjadi kesulitan mendapatkan suara mayoritas. Celah gap pun semakin terbuka lebar. Oleh karena itu, disarankan anggota tim bersifat individual.
Rangkaian
di atas mencerminkan sikap yang fleksibel dalam menentukan jumlah
anggota tim yang ideal dalam sebuah tugas kerja .Berikut ini beberapa
prinsip yang harus diambil dan menjadi konsideran sebelum menentukan
jumlah anggota tim:
- Karakteristik pemimpin tim, baik dari segi psikis maupun fisik .
- Karakteristik anggota tim berdasarkan kapabilitas dan semangat bekerja .
- Sejauh mana seorang pemimpin menyediakan waktu bagi dirinya untuk melakukan tugas nonmanajerial dan manajerial.
- Tabiat pekerjaan yang ditinjau dari segi kompleksitas dan kesederhanaannya.
- Gaya manajerial, dari segi pembagian tugas, apakah focus pada implementasi kebijakan dan anggaran untuk membuat program dari pada mementingkan kepentingan pribadi.
ANALISA
DAN PEMBAHASAN
I.
Interaksi Antar Anggota Tim
Setiap
individu team
work memiliki
latar belakang kemampan yang istimewa, berupa pemahaman, pengalaman,
maupun prediksi tantangan yang dihadapi team
work. Sinergi
team work dapat dicapai ketika setiap individu tim merubah diri dari
sifatnya yang individualis kedalam sebuah tim yang sifatnya kolektif.
Kesuksesan perpindahan tersebut bergantung pada kemampuan anggota tim
dalam interaksi positif dan dalam kerjasama konstruktif dalam setiap
aktivitas tim.
Jadi,
membuka diri dan mau menerima peran serta orang lain merupakan
permulaan dan membuka jalan bagi kita untuk mempercepat
perpindahan menuju satu tim. Lebih dari itu, membuat orang lain lebih
terbuka dan lapang dada untuk menerima kita, dengan sendiriya telah
menghilangkan area tak bertuan yagn kita sendiri tidak mengetahuinya
jika hanya bersandar pada reaksi orang lain terhadap diri kita.
II.
Mengelola Kerja Team Work
Untuk
dapat mengelola tim dengan baik, langkah pertama yang perlu diambil
ialah menentukan target dan tujuan team work, spesifikasi tugas
kepada setiap individu tim. Divisi-divisi besar meringkas tugas
kepada divisi-divisi yang lebih kecil agar setiap anggota ikut andil
dan merasa bagian dari tim, agar dalam pelaksanaannya dapat dikontrol
dengan mudah. Pembagian tugas dan wewenang terhadap tiap divisi telah
mencapai kesepakatan dari awal pembbentukan team
work.
Apabila
terjadi perubahan rencana dan target tim, dipelajari terlebih dahulu.
Setelah tercapai kesepakatan terhadap perubahan target dan rencana
tim, salah seorang dari anggota tim yang melakukan perubahan tersebut
memberikan instruksi kepada setiap divisi dan membantunya saat
dibutuhkan. Pada saat kegiatan tersebut dijalan, tim beserta anggota
melakukan evaluasi dari awal pelaksanaan hingga puncak acara selesai
dilaksanakan senantiasa untuk memastikan (mengawasi) secara rutin dan
disiplin tentang peran setiap anggota tim dalam menyukseskan kerja
tim.
III. Studi Komparatif
III. Studi Komparatif
1.
Pengalaman Jepang
Manajemen
dalam pandangan bangsa Jepang adalah komitmen kolektif yang lahir
dari kesadaran diri dan rasionalitas untuk mengabdi pada institusi
(perusahaan) tempat kami bekerja, baik secara fisik maupun nalar.
Manajemen kolektif atau manajemen konsesus yang terdapat dalam
perusahaan Jepang ialah kolektivitas dengan makna bahwa kerjasama,
sinergi, dan berkarya bukan hanya saling mendorong satu sama lain,
namun lebih dari itu dilakukan secara hand
in hand,
aktif dalam mengambil keputusan, menentukan tujuan dari team
work.
Filosofi manajemen kolektif ini ternyata tidak hanya berlaku dan
diterapkan di dalam perusahaan saja, namun berlaku diseluruh sendi
kehidupan bangsa Jepang.
Keunggulan
manajemen bangsa Jepang lainnya ialah bahan mereka sangat
mengandalkan kualitas atau nilai kerja tim dan budaya yang menjadi
spirit dan budaya setiap orang. Disitu setiap orang merasa bahwa
dirinya adalah bagian dari anggota tim (perusahaan/institusi) dan ia
sangat terkait erat dengan teman-temannya atau para karyawan yang
bekerja dengannya. Maka, tidak diragukan lagi, kelangsungan,
ketahanan, dan pertumbuhan merupakan target strategis bagi setiap
perusahaan yang bersifat profit
center. Selain
itu, bangsa Jepang benar-benar mefokuskan pada kemahiran dan
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
2. Pengalaman Amerika
Perbedaan
terpenting antara Jepang dengan Amerika adalah kecenderunga dan focus
mereka terhadap kolektivitas dan individualitas. Bangsa Jepang lebih
cenderung bersifat kolektivitas dari pada individualitas, demikian
sebaliknya dengan bangsa Amerika yang lebih mengedepankan pekerjaan
secara independent dan individualitas.
Dari
perbedaan itu menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
- Tatanan keluarga Jepang relative lebih kuat.
- Usah orang Amerika ialah merealisasikan independensi dan ambisi individualitasnya.
- Individu Amerika cederung lebih tahan banting.
- Tidak ada kepemimpina , kultus atau charisma individu untuk bangsa Jepang.
- Bangsa Amerika sangat menikmati terhadap skill dan kemampuan individu yang secara khusus dimilikinya.
Dari
dua model system manajemen yang diterapkan oleh Jepang dan Amerika
dapat disatukan dalam satu titik temu yang dapat saling memperkuat,
melengkapi, dan berkesinambungan seperti halnya system yang
diterapkan dalam dunia islam, yaitu dengan menyeimbangkan antara
kemempuan individu kedalam kerja kolektif dalam mencapai tujuan
bersama..
Spirit
Jiwa dan Pendidikan untuk Berinteraksi dengan Pihak Lain dalam
Bingkai Team Work
Poin-poin
beikut merupakan panduan yang diharapkan menjadi pembuka jalan bagi
terciptanya harmonisasi potensi yang dimiliki demi tercapainya
kepentingan anggota secara luas dan penataan agenda bersama.
Bekerja
sama dalam hal yang disepakati dan saling toleran terhadap hal yang
belum disepakati, merengkuh manfaat dari kebersamaan yang melahirkan
gagasan utuh yang saling melengkapi. Atas dasar itulah kerja tim
merupakan hal terpenting dalam menghadapi era globalisasi.
Jika
kerja keras dan upaya kita dapat bersinergi serta saling membangun
fondamen jiwa dan pendidikan , juga meresponsif terhadap nilai-nilai,
norma-norma, dan visi misi kita hingga terciptanya rancangan aksi
strategis di kemudian hari. Itulah spirit yang menjadi energi bagi
setiap pergerakan dan aksi.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN
I.
Kelebihan
Dalam
buku ini dibahas beberapa syarat dan ketentuan yang perlu dipenuhi
dalam membentuk suatu tim, serta methode yang digunakan untuk
menjalankannya, juga disertai dengan tips yang mendukung kelangsungan
tim tersebut. Diantaranya ialah, sifat-sifat kepemimpinan, jumlah tim
yang ideal sesuai dengan besar dan ruang lingkupnya, mengelola kerja
tim dan interaksi antar anggotanya, kiat menjaga loyalitas team
work dan mengoptimalkannya.
Selain
itu , dalam buku ini juga terdapat rujukan dari tiga sudut pandang
yang dapat dijadikan referensi. Pertama, ciri manajemen Jepang yang
memfokuskan pada sitem kerja kolektif yang melibatkan semua unsur di
dalam tim sehingga setiap anggota merasa memiliki dan menjadi bagian
dari tim tersebut, hingga pelaksanaannya menjadi lebih mudah dan
terarah karena setiap anggota diberikan wewenang dan tanggung jawab
menurut kemampuannya. Kedua, ciri manajemen Amerika yang lebih
menekankan pada kemapuan skill individu, sehingga setiap individu
lebih siap dan tahan banting dalam memhadapi masalah tim. Tetapi
tidak terlalu menekankan sinergi antar tim tersebut. Ketiga, Sudut
pandang dunua islam yang memadukan kedua unsur tersebut hingga
tercipta individu yang handal dengan sinegi positif antar anggota tim
yang semakin memperkuat pelaksanaan tim dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan..
Buku
ini juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar, sehingga para pembacanya
tidak terlalu jenuh. Selain itu, gambar yang disuguhkan dapat
mempermudah pembaca dalam memahami isi buku tanpa perlu membacanya
berulang-ulang. Maka, buku ini sangat cocok dijadikan referensi bagi
kalangan pemula yang ingin menjalankan suatu kerja kolektif dengan
sinergi antar anggota di dalamnya.
II,
Kekurangan
Dalam
buku ini juga masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu
dilengakapi dengan pedoman lain untuk memantapkan pelaksanaan suatu
kerja kolektif atau team
work. Diantaranya,
pembahasannya masih dalam skala umum atau garis besar yang kurang
menyeluruh dan mendetail mengenai metode dan langkah-langkah yang
perlu diambil dalam menjalankan suatu kerja kolektif. Bahasa yang
digunakan dalam pembahasannya juga kurang familiar,
sehingga cukup menyulitkan bagi sebagian kalangan terutama para
pemula yang ingin menjalankan suatu kerja kolektif dengan sinergi
yang tepat bagi setiap anggota tim.
Selain
itu juga terdapat beberapa kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan
yang terlalu benyak dari pada pembahasan tentan team
work itu
sendiri. Yang terkadang dapat membingungkan karena tanpa disertainya
jawaban yang mungkin dapat membantu para pembaca lebih baik lagi.
Source: http://elqorni.wordpress.com/2008/04/09/87/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar